Sekitar jam 10 pagi, Saya bersama dengan Natalina, Kadek dan Ibunya, bergerak menuju arah Barat Sukawati, atau arah Barat Daya pulau Dewata. Tujuan kami adalah Tanah Lot. yang terletak di Desa Beraban Kecamatan Kediri kab. Tabanan. Dari Sukawati, perjalanan sekitar 50 km, kami tempuh dengan waktu sekitar satu jam setengah dengan menggunakan sepeda motor.
Menurut legenda, pura ini dibangun oleh seorang brahmana yang mengembara dari Jawa. Ia adalah Danghyang Nirartha yang berhasil menguatkan kepercayaan penduduk Bali akan ajaran Hindu dan membangun Sad Kahyangan tersebut pada abad ke-16. Pada saat itu penguasa Tanah Lot, Bendesa Beraben, iri terhadap beliau karena para pengikutnya mulai meninggalkannya dan mengikuti Danghyang Nirartha. Bendesa Beraben menyuruh Danghyang Nirartha untuk meninggalkan Tanah Lot. Ia menyanggupi dan sebelum meninggalkan Tanah Lot beliau dengan kekuatannya memindahkan Bongkahan Batu ke tengah pantai (bukan ke tengah laut) dan membangun pura disana. Ia juga mengubah selendangnya menjadi ular penjaga pura. Ular ini masih ada sampai sekarang dan secara ilmiah ular ini termasuk jenis ular laut yang mempunyai ciri-ciri berekor pipih seperti ikan, warna hitam berbelang kuning dan mempunyai racun 3 kali lebih kuat dari ular cobra. Akhir dari legenda menyebutkan bahwa Bendesa Beraben 'akhirnya' menjadi pengikut Danghyang Nirartha. (wikipedia )
Memasuki kawasan Pura, terlebih dahulu kita melewati jajaran toko-toko souvenir yang menjual beraneka ragam pakaian, aksesoris, lukisan, patung, dan juga hotel.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar