Pertama kali saya mendengar kabar
tentang si Corona yang baru ini, selanjutnya akan saya sebut saja sebagai si
Corona, adalah pada penghujung tahun 2019 lalu, ketika saya masih berada di
Wageningen, sebuah kota kecil di tengah-tengah negara Belanda. Saat itu di bulan
Desember saya sedang sibuk-sibuknya mempersiapkan disertasi PhD dan persiapan
untuk sidang terbuka PhD, nun jauh di belahan timur dunia, tepatnya di Kota
Wuhan, publik digemparkan dengan munculnya si Corona yang membawa penyakit yang
dikenal sebagai Covid-19. Namun baru akhir-akhir ini saya sempat berjumpa
dengan si Corona ini, dan dia cukup ramah dengan saya.
Apa sih si Corona itu?
Si Corona ini memiliki nama
lengkap Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2
(SARSCoV-2). SARSCoV-2 ini merupakan virus Corona jenis baru yang belum pernah
diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Adapun penyakit menular yang disebabkan
oleh si Corona (SARSCoV-2) ini disebut sebagai Coronavirus
Disease 2019 (COVID-19). Sebelumnya memang telah dikenal
setidaknya ada 2 jenis ‘kakak’ nya si Corona yang telah menyerang manusia juga,
yaitu si Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan si Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) yang dulu sempat
menghebohkan sebagian dunia. Namun kedua pendahulunya ini dulu tidak sampai ke
pulau Borneo. Berbeda denan pendahulunya yang kurang lincah dalam ‘berjalan dan
terbang”, si Corona SARSCoV-2
ini lebih suka berjalan dan berkeliling dunia, dengan bantuan manusia tentunya.
Sehingga saat ini hampir tidak ada negara di dunia ini yang belum didatanginya,
termasuk kota kecil Ngabang, di Kabupaten Landak. Akibat serangan si Corona terhadap
setiap orang berbeda-beda. Ada yang tidak memiliki gejala apapun, dikenal
dengan istilah asimtomatik, sehingga orang-orang tersebut tidak mengetahui kalua
si Corona sedang menumpang dirinya untuk jalan-jalan. Namun pada kasus COVID-19
yang berat dapat menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal
ginjal,
dan bahkan kematian.
Perjumpaan saya dengan si Corona
Perjumpaan saya dengan si Corona ini tidak pernah saya sadari sebelumnya. Dalam aktivitas sehari-hari, saya berusaha untuk selalu mengikuti protokol kesehatan: memakai masker; menjaga jarak; dan mencuci tangan dengan sabun dan hand sanitizer. Beberapa kali saya menjalani rapid test dan selalu mendapat hasil non reaktif. Kini memang metode pendeteksian si Corona dengan rapid rest ini sudah tidak disarankan lagi baik oleh WHO ataupun oleh Kementerian Kesehatan Indonesia seperti yang tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK. 01.07/MENKES/413/2020 tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian COVID-19 yang ditanda tangani oleh Menteri Kesehatan pada tanggal 13 Juli 2020 lalu (selanjutnya saya singkat sebagai KMK 413). KMK 413 ini menegaskan bahwa untuk mengdiagnosis kasus COVID-19 harus menggunakan pemeriksaan dengan metode deteksi molekuler/NAAT (Nucleic Acid Amplification Test) seperti RT-PCR (termasuk Tes Cepat Molekuler/TCM). Sampai saat ini di kota Ngabang baru bisa dilakukan pemeriksaan swab dengan metode TCM, sedangkan untuk pemeriksaan RT-PCR masih harus mengirimkan sampel ke RS UNTAN, Pontianak.
Bermula dari adanya kasus konfirmasi positif dari salah seorang rekan di kantor saya, akhirnya kantor mengirim surat kepada Dinkes Kab. Landak meminta agar dilakukan test swab terhadap semua pegawai di kantor. Hal ini dilakukan dalam rangka mendukung program pemerintah untuk melakukan pencegahan dan pengendalian kasus Covid-19. Singkat kata setelah dilakukan swab dan seminggu kemudian kami mendapatkan hasil bahwa saya dan termasuk beberapa rekan di kantor dinyatakan terkonfirmasi Covid-19. Patut diketahui bahwa semua kami yang terkonfirmasi tersebut tidak memiliki gejala alias asimtomatik. Sebagai konsekuansi dari hal tersebut, kantor diliburkan selama 1 minggu dan semua yang terkonfirmasi melakukan isolasi mandiri sampai dinyatakan sembuh. Adapun untuk kasus asimtomatik, kriteria bebas isolasi dan kesembuhan kini mengacu kepada Pedoman Pencegahan dan Pengendalian COVID-19 terbaru KMK 413 Hari ini, Senin 16 November 2020, kami sudah bisa beraktivitas kembali di kantor setelah dinyatakan sembuh pada tanggal 12 November 2020 lalu melalui surat dari Dinas Kesehatan Nomor 440/3154/Sekre-B/XI/2020.
Stigma Masyarakat terhadap mereka yang terkonfirmasi Covid-19
Berbicara
mengenai Covid-19 ada beragam reaksi yang terjadi di masyarakat kita, ada mereka
yang menanggapi biasa-biasa saja, ada mereka yang takut sewajarnya dan adapula
mereka yang takut berlebihan. Namun sangat disayangkan juga bahwa dari mereka
yang takut ini masih banyak juga mereka yang abai terhadap protokol kesehatan yang
sudah di atur oleh pemerintah; seperti misalnya menjaga jarak dan memakai
masker.
Berdasarkan
pengalaman dari penulis dan beberapa rekan yang terkonfirmasi positif, stigma
masyarakat terhadap mereka yang terkonfirmasi positif terhadap Covid-19 di Kabupaten
Landak masih sangat buruk. Lebih parahnya lagi, stigma negatif ini bukan hanya
muncul dari masyarakat awam tapi juga bahkan dari sesama ASN dan juga bahkan
dari sebuah institusi. Penulis masih bisa memahami jika memang masyarakat awam
banyak yang belum paham akan Covid-19 sehingga mereka terkesan mengucilkan
mereka yang terkonfirmasi. Namun, sebuah “pengucilan dan penolakan” dari
rekan-rekan sesama ASN dan juga dari sebuah institusi terhadap sebuah institusi
sangat disayangkan. Tidak sepatutnya sebuah instutusi menolak kehadiran pegawai
(yang tidak terkonfirmasi positif covid-19) dari sebuah institusi yang diundang
untuk menghadiri rapat penting hanya karena adanya kasus konfirmasi positif
dari sebagian pegawai disebuah institusi tersebut. Berangkat dari pengalaman
kami tersebut, penulis mengajak semua lapisan masyarakat, terutama para ASN
untuk bisa memberikan edukasi yang benar tentang Covid-19. Adapun materi edukasi
tentang Covid-19 bisa diunduh dari tautan berikut https://covid19.go.id/edukasi/materi-edukasi
. Semoga kita tidak menjadi orang-orang yang munafik, yang berteriak-teriak
mengatakan bahwa mari kita bantu dan jangan kucilkan mereka yang terkonfirmasi
positif Covid-19, namun malah kita sendiri yang menjadi sumber penyebar
keresahan dan melakukan pengucilan tersebut.
Tetap sehat dan Fit Bersama si Corona
Sedikit
tips bagi kalian yang mungkin saat ini sedang terpapar si Corona ataupun
mungkin suatu saat nanti terpapar dan terpaksa juga berkenalan dengan si Corona
ini, kunci utama menuju kesembuhan adalah tetap menjaga kebugaran dan Kesehatan
serta imunitas tubuh kita. Selama menjalani isolasi, aktivitas saya setiap
bangun pagi adalah melakukan olahraga singkat kemudian dilanjutkan dengan
sarapan dan kemudian santai ngopi sambil berjemur dan membaca buku. Siang hari
saya menyempatkan tidur siang selama 1-2 jam. Sore harinya dilanjutkan dengan
santai dan berolahraga lagi. Makan cukup 3 kali sehari dengan gizi yang
seimbang. Konsumsi vitamin, terutama vitamin C untuk memenuhi kebutuhan vitamin
harian tubuh. Malam harinya saya juga tidur lebih awal. Selain itu yang paling
penting adalah tetap santai dan gembira.
Sebagai tambahan berikut saya sertakan
materi-materi yang berguna dalam menghadapi Covid-19. Anda dapat mengunduh materi-materi
berikut yang saya kutip dari KMK 413.
1. Pedoman
penggunaan herbal dan suplemen Kesehatan dalam menghadapi Covid-19 di Indonesia.
Link: https://bit.ly/BUKUPEDOMANHERBALDANSK2020
2. Buku
Saku obat tradisional untuk daya tahan tubuh,
Link: https://bit.ly/BUKUSAKU_OT
3. Buku
saku suplemen Kesehatan untuk memelihara daya tahan tubuh dalam menghadapi
Covid-19 “Probiotik”
Link: https://bit.ly/BUKUSAKU_PROBIOTIK
4. Buku
saku suplemen Kesehatan untuk memelihara daya tahan tubuh dalam menghadapi
covid-19 “Vitamin
C” Link: https://bit.ly/BUKUSAKU_VITC
5. Buku
saku suplemen Kesehatan untuk memelihara daya tahan tubuh dalam menghadapi
covid-19 “Vitamin D” Link: https://bit.ly/BUKUSAKU_VITD
6. Buku
saku suplemen Kesehatan untuk memelihara daya tahan tubuh dalam menghadapi
covid-19 “Vitamin E” Link: https://bit.ly/BUKUSAKU_VITE
7. Buku
saku suplemen Kesehatan untuk memelihara daya tahan tubuh dalam menghadapi
covid-19“ZINK”
Link: https://bit.ly/BUKUSAKU_ZINK
8. Buku
saku suplemen Kesehatan untuk memelihara daya tahan tubuh dalam menghadapi
covid-19 “SELENIUM”
Link: https://bit.ly/BUKUSAKU_SELENIUM
Vaksin dan antibodi untuk melawan si Corona
Seperti
halnya penyakit-penyakit manular lainnya yang disebabkan oleh virus, Covid-19 baru
tidak akan menjadi ancaman bagi umat manusia lagi ketika ditemukannya vaksin.
Melalui vaksin yang disuntikkan ke dalam tubuh inilah nanti maka tubuh setiap
umat manusia akan diperkenalkan dengan si Corona dan akan tercipta antibodi untuk
melawannya ketika si Corona akan mampir/masuk ke dalam tubuh kita. Pada saat saat
saya membuat tulisan ini, menurut WHO kini tercatat sudah ada 48 kandidat
vaksin yang sedang dalam tahap evaluasi klinis (clinical evaluation) dan 164
kandidat vaksin sedang berada dalam tahap pra evaluasi klinis (preclinical
evaluation). Data lengkapnya dapat dilihat di sini https://www.who.int/publications/m/item/draft-landscape-of-covid-19-candidate-vaccines
.
Selain dengan
metode vaksinasi, cara tubuh membentuk antibodi adalah Ketika seseorang sudah
pernah terpapar atau terkena virus tertentu. Jadi dalam hal ini kami para
pasien Covid-19 yang sudah sembuh ini di dalam darah kami sudah terbentuk antibody
yang siap melawan si Corona jika suatu saat dia akan datang kembali. Dalam berita
dari Tribun Pontianak kemarin (Minggu, 15 November 2020) diberitakan bahwa pada
13 November 2020 lalu, Pemprov KalBar mendapat bantuan alat pemisahan Plasma
darah dari Kemenkes. Melalui alat ini, pasien yang sudah sembuh dari virus
Corona dan memiliki antibodi bisa mendonorkan darahnya untuk terapi kepada
pasien yang masih dirawat. Jadi, daripada kalian mengalami ketakutan yang
berlebihan kepada kami, entah itu karena “kebodohan” kalian yang akut atau
karena kalian malas mencari informasi atau memang karena kalian Sukanya bergosip
dan memang pembenci, sebaiknya kalian dekat-dekatlah dengan kami. Mungkin suatu
saat darah kami ini berguna buat kalian.
Ngabang, 16 November 2020,
Pangalajo.
Dia yang sembuh dari Covid-19